Minggu, 06 September 2015

SEPTEMBERMU...


Andai saja kita tak harus menjadi tua. Biar tetap begini saja. Entah knapa, bayangan menjadi tua menjadi menakutkan bagiku. Semakin tua? Rasanya, semua itu akan semakin mengurangi jatah waktu untuk kita bersama.
Aku sadar, jika setiap hari bersamaku bukanlah hari yang bisa menenangkan hati. Aku tau, aku egois. Tapi, semua hal itu kelak akan kau sadari sebagai sebuah cara bagiku untuk membuat sesuatu benar. (lalu bagaimana bila akhirnya aku salah?)
Aku tau, aku tidak sempurna. Tidak sebaik yang kau inginkan. Tapi kelak, kau akan paham. Aku yang sekarang adalah sebuah mahakarya yang tidak ada duanya (buktinya, kau memilihku?)
Aku tau, aku selalu sibuk dengan urusanku tanpa memperhatikanmu. Tapi kelak, kau akan sadari semua itu untuk masa depan kita. (bagaimana kalau ternyata itu hanya u/ kebutuhanku?)
Aku tau, aku tidak bisa masak menu kesukaanmu. Dan lalu kau yang kemudian akan membuatnya sendiri. Tapi kelak, kau akan sadar bahwa itu menjadi sebuah hal yang sangat menyenangkan (iyyakah?)
Aku tau kau mencintaiku dengan segala yang tidak bisa kupenuhi sebagai seorang wanita. Tapi kelak, kau akan sadar, aku adalah wanita limited edition dan tidak akan ada yang diciptakan lagi saat aku telah tiada (Percaya?)
Diatas segala omong kosong itu, aku hanya mau bilang, selamat ultah, Bro ! semua do’a terbaik pasti diucapkan ibumu u/mu. Tapi, diatas semua itu, akulah satu-satunya wanita yang akan selalu berusaha agar menjadi Wanita untukmu.
Terima kasih untuk sekian banyak hari bersamaku. Semoga kelak, kau akan sadar pilihanmu padaku tidaklah salah !

Selasa, 08 Juli 2014

Bayang-Bayang masa Lalu



Tiada pernah kuingkari. Bayangmu masih saja ada dikepalaku. Ingatan-ingatan tentangmu berkelebatan dimana-mana. Meski pada hakikatnya, aku tiada boleh lagi mlakukan itu. Dirimu hanyalah masa lalu. Hanya sebuah cerita yang sudah tiada bisa lagi terulang lagi. Meski demikian. Aku masih mengingatmu. Meski tak lagi mengagumi dirimu. Menuhankan segenap rasa yang kupunya padamu. Seperti dulu. Seperti saat engkau masihlah makhluk yang paling “berharga” di hati.
Engkau. Waktu menggerusmu begitu jauh. Membawamu pergi ke tempat dimana tak lagi bisa aku menggapaimu. Kau memilih jalanmu ketika aku berusaha keras memilikimu. Kau terlepas jauh saat aku semakin memujamu. Dan aku terjatuh berdebum keras. Terluka. Sendirian. Aku hilang bersama piluku justu saat kau memilih “bahagiamu”.
Dan kini, aku tertunduk lesu pada kenyataan yang ada. Harusnya luka itupun sudah menghilang. Hilang bersama dengan luka yang ada dulu. Tapi. Sela-sela hati ini masih saja teriris pedih saat mengingatmu. Aku berharap. Semua yang terjadi akan terlupakan bersama dengan luka yang pernah ada. Aku ingin melupakan segala tentangmu. Lupa akan luka-luka itu. Namun tiada bisa ku lakukan hingga kini.
Kau. Kau bahagia sekarang. Dan aku di sini masih saja kehilangan nyawa. Hidup meski tak punya asa…




Rabu, 24 Juli 2013

Ma, kangenKa'

Ma, kangenKa'.
Ramadhan tahun ini, belum sekalipun kita sahur dan berbuka bersama. seperti tahun yang lalu, dengan ngantuk yang menindih kepala dan badanku, menyongsong teriakan lembutmu di pintu kamarku.
Ma, kangenKa.
Betapa rinduku mencekikku. Betapa ingin ku rasai belaimu saat mataku menuntut untuk terpejam. Belaimu yang selalu meneduhkan. Selalu mendamaikan hatiku kala lara menusuk perih. Ingin sekali kudengar suaramu. meski kadang bahasamu begitu menyebalkan bagiku. Yah, kadang amarahmu yang meletup karena lelah begitu membosankan ditelingaku. Tapi kini, netapa semua itu begitu ingin kudengar. Begitu ingin kudengar lagi.

Ma, KangenKa'.
Dulu, di Ramadhan-ramadhan itu, ada dia.
Ada dia yang mengisi diriku. Ada dia yang menghiasi beberapa bait dalam doa yang kulantun pada malam-malam sunyi. Saat hari-hariku menghening, bayangnya datang. Datang seperti dulu. Membawa banyak harapan untukku. Membawa begitu banyak janji kebahagiaan. Banyak keyakinan. Kini, dia sudah pergi, Ma. Pergi dengan membawa segala janji-janji itu, tapi tak bersamaku. Dia pergi tanpaku. Ma, kadang dalam malam-malam sepiku, aku meneriakinya dengan sejuta kesal. Mengapa dia harus menjanjikan segala keindahan itu kalau harus pergi dengan membawa janji itu tanpa membawaku serta ?
Ma, Ramahan ini mengingatkanku, Betapa dulu, hari dan malam bersamanya adalah hari dan malam tanpa akhir. Berasyik masyuk dengannya begitu menggodaku. Aku, dia dan hasrat itu meluah di malam dan siang yang merekah begitu indah. Penuh dengan nyanyian kasmaran. 
Ya, Kadang bahagia membuat kita lupa bersiap untuk menghadapi kesedihan yang datang. Padahal sedih itu datangnya akan lebih lama di banding masa untuk menikmati bahagia....

Ma. kangenKa'
Ramadhan ini, benarkah yang datang itu bukan bayangnya dengan topeng yang berbeda?
Ma, 
Ada yang datang tapi aku meraguinya. Benarkah dia tak sama ? tidakkah dia datang dengan janji semu yang kemudian akan berlalu bersamanya lagi?

Ma, akankah dia benar-benar berbeda ?
Salahkah aku saat bersamanya di Ramadhan kali ini ? 
Menikmati malam dan siang yang diberkahi bersama dia yang baru, akankah dia berbeda?
Akankah kali ini, namanya takkan merusak malam heningku bersama-Nya ?
Ma, Bolehkah malam dan siang di ramadhan taun ini kuselip namanya diantara namamu ?

Ma, kangenKa'.
Aku merindukanmu. di saat hatiku sepi, saat hatiku meragukan segalanya, aku ingin lelap dipelukmu. Aku ingin belaimu. Karena semua itu begitu kurindukan...

Ma, aku ingin pulang... anakmu ingin pulang...
Betapa semua yang terjadi akhir-akhir ini memberatkan kepalaku. Aku sakit. Aku terluka.Sendiri di Ramadhan ini menyiksaku. Aku ingin buka puasa denganmu, Aku ingin teriakanmu dikala sahur. Aku ingin rebah di pangkuanmu.
Tapi pulangku takkan sendiri kali ini. Akan kubawa dia dan seluruh janjinya. Akan kubawa segenap harapanku. Akan kubawa dia dan segalanya bersamaku. Pulang kepadamu. Aku pulang dengannya.

Ma, kami merindukanmu...

Sabtu, 25 Mei 2013

KOSONG


Kosong.
Hanya itu yang nampak. Kekosongan inspirasi. Kehabisan Kata. Apa yang harus disampaikan lewat tulisan ini ? Bercerita tentang apakah ? Betapa banyak hal ingin ku katakan.... Tapi, tertutup awan gelap di sudut bibir. 
Kosong. 
Itu yang terasa....
Segalanya menjadi hilang. Seharusnya kata bisa menjadi begitu mudah terluahkan sebesar rasa yang menghentak untuk segera menyelesaikan tiap bait kata yang ingin terluahkan. Tapi apa ? Apa yang harus terluahkan ? Apa yang harus di sampaikan ? Apa yang harus tertulis ?

Bingung...
Cemas...
Marah...
Sedih...
Emosi-emosi yang tak terjelaskan !

Heyyy !!! Berikan sedikit isyarat dikepalaku. Apa yang harus kutuliskan ?
Berikan aku tanda. Berikan aku inspirasi !

.............................................................................................................................................

Kita. Kata yang lebih mudah bagiku untuk menggambarkan penyatuan. 
Kita. Kata yang mampu mewakilkan aku dan kau.
Kita. Kata yang dari tadi kucari-cari sebagai wujud sebuah inspirasi dari tulisan-tulisan yang tertunda? Tulisan yang mengendap selama berhari-hari di dasar kepala.
Kita... ya ! Kita !!!



Copyright @ 2013 Titin Darmadi.